ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU
PROPOSAL TUGAS AKHIR
OLEH:
YULITA FITRI
1111 33 6007
PROGRAM STUDI MAPPERTA
PPGT SMK KOLABORATIF
JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2012
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Jumlah penduduk yang
meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun
kondisi sumberdaya alam terbatas. Hal
ini sangat berhubungan dengan bahan makanan pokok masyarakat terutama beras. Kebutuhan pangan beras di Indonesia selalu
meningkat dari tahun ketahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan beras tersebut tidak
sebanding dengan kemampuan produksinya dilapangan sehingga berpotensi sebagai penyebab kekurangan beras setiap
tahunnya.
System of Rice
Intensification (SRI) adalah
teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara
mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar
50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak
disengaja di Madagaskar antara tahun 1983-84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ,
seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama
petani-petani di sana. Oleh penemunya,
metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de
Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam
bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat
SRI. Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan
presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan
di luar Madagaskar (Agustamar,
2007).
Diaplikasikannya metode
baru dalam sistem produksi padi yang dikenal sebagai metode SRI (The
System of Rice Intensification) dapat menghemat penggunaan air
hingga 36-50% dibanding metode lama yang disebut sebagai cara konvensional. Metode SRI ini dapat menghasilkan padi 10-15 t/ha atau
3-4 kali lipat dari cara konvensional. Meskipun demikian, metode SRI adalah
satu metode yang bekerja secara sinergi antara tanaman, tanah, unsur hara dan
air (Agustamar
2007).
Agustamar (2006), menguraikan empat pokok yang bersinergi tersebut berupa bibit semai lebih
muda (12-15 hari), satu bibit per rumpun, jarak tanam lebar (30x30 cm hingga
50x50 cm), , dan adanya proses aerobik (pengeringan) pada fase vegetatif.
Metode SRI pertama kali
disosialisasikan di Sumatera Barat oleh Musliar Kasim (Rektor Universitas
Andalas) dalam orasi ilmiahnya di Kampus Limau Manis Padang. Sejak itu penelitian-penelitian tentang ini
terus dilakukan Universitas Andalas (Unand). Dalam hal upaya pemasyarakatan metode SRI di
tingkat petani, pihak Unand bekerja sama dengan Pemerintah Sumatera Barat
khususnya Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura. Metode SRI lebih dikenal dengan istilah “Padi
Tanam Sabatang” karena budidaya SRI menggunakan bibit padi satu batang dan juga
agar lebih mengena di telinga petani Sumatera Barat (Agustamar, 2007).
Selanjutnya sistem SRI di ujicobakan
di daerah Kabupaten Limapuluh Kota. Hasilnya sangat memberi peningkatan
terhadap produksi padi. Walaupun
demikian, petani masih enggan untuk melaksanakan budidaya padi dengan
menggunakan metode SRI ini. Hal ini
terlihat di sawah sepanjang jalan Raya Tanjung Pati terutama sawah yang ada di Kenagarian
Koto Tuo. Daerah ini merupakan salah satu areal persawahan yang cukup luas di
Kecamatan Harau. Areal persawahan berada di sepanjang batang air dan juga
merupakan persawahan tadah hujan. Sehingga beberapa petani telah mencobakan
budidaya padi dengan metode SRI di areal tersebut. Namun, sekarang ini kenyataannya petani
kembali lagi ke metode konvensional dalam budidaya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis pendapatan petani yang yang merupakan kunci keberlanjutan
usahatani.
Menurut
Inggit (2009), analisis usahatani adalah alat analisis yang dipakai untuk
pengukuran keberhasilan usahatani atau bertujuan untuk melihat keragaan suatu
kegiatan usahatani. Alat analisis yang
digunakan untuk melihat keragaan kegiatan usahatani adalah analisis pendapatan
usahatani dan analisis rasio penerimaan atas biaya.
1.2.
Perumusan
Masalah
Menurut Mubiar (2012), penerapan
inovasi SRI (The System of Rice Intensification) mengutamakan potensi lokal
yang disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap
pemulihan kesuburan tanah dan kesehatan penggunaan produknya. Pertanian organik pada prinsipnya
menitikberatkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan
sebagian biomasa kedalam tanah, dan konservasi air mampu memberikan hasil yang
lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras
terbesar dengan total impor terus meningkat mencapai 1.428.505,676 ton pada
tahun 2003. Untuk meniadakan impor beras dapat dilakukan dengan
peningkatan produktivitas dengan
penerapan budidaya padi yang tepat serta mengatasi masalah hama dan penyakit. Dengan penerapan budidaya padi SRI pada
beberapa kabupaten di Sumatera Barat produksi dapat mencapai rata-rata 7,8
ton/ha. Penerapan SRI di beberapa tempat di Jawa Barat menunjukkan capaian
hasil sebesar 8,5 ton/ha. Sedangkan
menurut Ditjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian produktivitas padi nasional
5,1 ton per hektar (Agustamar, 2008).
Dari
survei awal di Kenagarian Koto Tuo diketahui bahwa petani masih sedikit
menerapkan budidaya padi metode SRI.
Padahal dari literatur yang ada budidaya padi metode SRI menghasilkan
produksi yang lebih tinggi. Oleh karena
itu, untuk mengetahui kenapa petani enggan melaksanakan budidaya padi metode
SRI akan dibahas tentang aspek produksi dan pendapatannya.
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan merupakan
selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi
petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisa pendapatan
yaitu: (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, (2)
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi produksi padi metode SRI?
2. Faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI?
3. Bagaimana
analisis pendapatan petani padi metode SRI?
Untuk menjawab pertanyaan diatas
maka penulis mengangkat judul:“Analisis Pendapatan Petani Padi Metode Sri (System Of Rice Intensification)
Di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau”.
1.3.
Tujuan
Penelitian
Secara
umum sasaran penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan usahatani padi
dengan menggunakan penerapan SRI dan Konvensional.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi metode SRI.
2. Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI.
3. Menganalisis
pendapatan petani padi metode SRI.
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di
Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau ini telah ada yang menggunakan budidaya
padi dengan metode SRI dan juga konvensional. Disamping itu, daerah Koto Tuo
memiliki areal sawah yang cukup
luas. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September
sampai Oktober 2012.
2.2.
Cara
Penentuan Sampel
Untuk
penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan
sampel secara sengaja ini dilakukan karena terbatasnya jumlah petani padi yang
menerapkan sistem SRI. Adapun kriteria
dari sampel adalah petani yang melakukan petani padi SRI di Kenagarian Koto
Tuo.
2.3.
Data
dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh dari lapangan meliputi jumlah pendapatan petani, biaya yang
digunakan, jumlah petani SRI dan luas lahan petani. Sedangkan data sekunder berasal dari instansi
yang terkait, literatur yang relevan dan internet. Data yang dikumpulkan berupa jumlah produksi
padi dari Badan Pusat Statistik dan profil Kenagarian Koto Tuo dari Kontor Wali
Nagari.
2.4.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
:
1.
Observasi
Pengambilan data
dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung ke lokasi padi SRI serta
objek-objek yang diteliti dengan berpedoman pada kuesioner.
2.
Wawancara Terstruktur/Kuesioner
Wawancara
dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang telah dibuat dalam kuesioner kepada petani padi
SRI. Hasilnya merupakan data primer.
2.5.
Teknik
Analisis
Teknik analisis untuk tujuan pertama yaitu untuk
menganalisis faktor-faktor produksi padi SRI juga dengan menggunakan metode
regresi berganda dengan: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
+ b4X4.
Dimana :
Y = Tingkat
produksi
a = Kontstanta
b1
s/d b4 = Koefisien
Regresi
X1 = Bibit
muda
X2 = Jarak
tanam
X3 = Jumlah
bibit
X4 = Pengairan
Untuk
variabel independen dalam faktor yang mempengaruhitingkat produksi dilakukan
dengan cara pemberian skor, seperti:
1.
Bibit muda, umur bibit yang digunakan
petani dalam metode SRI dikategorikan sebagai berikut:
Umur
bibit
·
<7>14
·
7-14
|
Skor
1
2
|
2.
Jarak tanam, untuk jarak tanam dikategorikan
kedalam skor berikut:
Jarak
tanam
<30X30cm>50X50cm
=30X30cm-50X50cm
|
Skor
1
2
|
3.
Jumlah bibit, jumlah bibit harus
diperhatikan dalam metode SRI. Maksimal bibit yang digunakan adalah 3 batang
bibit. Jadi bi beri skor berikut:
Jumlah
bibit
>3
1-3
|
Skor
1
2
|
4.
Pengairan,
pengairan ini merupakan faktot penting dalam metode SRI. Pengairan yang
dimaksud adalah pengeringan pada fase vegetatif. Pengukuran dengan skor sebagai
berikut:
·
Dalam fase vegetatif pengairan
macak-macak (Intermitten) = 2
·
Tanpa Intermitten = 1
Untuk tujuan yang kedua yaitu menganalisis apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI adalah dengan
analisis regresi berganda. Saputra dan Dian Prima (2011) menyatakan bahwa
unsur-unsur pokok yang mempengaruhi pendapatan petani padi yang penting untuk
diperhatikan adalah modal, luas lahan garapan, dan jumlah tenaga kerja. Sehingga
dapat dirumuskan dengan : Y = a + b1X1 + b2X2 +
b3X3 + b4X4 + b5X5
Dimana :
Y = Pendapatan
a = Kontstanta
b1
s/d b4 = Koefisien
Regresi
X1 = Modal
(Rp)
X2 = Luas
lahan (Ha)
X3 = Tenaga
kerja (Rp)
X4 = Produksi
(Kg)
X5 =
Harga (Rp)
Soekartawi
(1995) mengemukakan bahwa pada analisis usahatani, maka data tentang
penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini
sering disebut dengan analisis anggaran arus tunai. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
TR = Total
Penerimaan Usahatani (Rp)
Q = Produksi (Kg)
P = Harga jual
produk per unit (Rp/Kg)
Rumus
Biaya Tetap (Fixed Cost) juga dapat dipakai untuk menghitung Biaya
Variabel (Variabel Cost). Karena
total biaya (Total Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya
tidak tetap (VC), dapat digunakan rumus:
Pendapatan
Usahatani:
Dimana,
Π = Pendapatan
Usahatani (Rp)
TR = Total
Penerimaan Usahatani (Rp)
TC = Total Biaya Usahatani (Rp)
Pendapatan yang besar
tidak selalu menunjukan efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisa pendapatan selalu
diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah Analisis Return
Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Apabila nilai R/C >1
berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh penerimaan tersebut atau dengan kata lain usahatani untung. Sedangkan nilai R/C<1 menunjukan bahwa tiap
unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh
atau dengan kata lain usahatani rugi. Jika
R/C=1 berarti penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan atau
dapat dikatakan usahatani impas (tidak untung atau tidak rugi).