Halaman

Rabu, 03 Oktober 2012

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU


ANALISIS PENDAPATAN  PETANI PADI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)  DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU


PROPOSAL TUGAS AKHIR


OLEH:

YULITA FITRI
1111 33 6007



PROGRAM STUDI MAPPERTA PPGT SMK KOLABORATIF
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2012

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas.  Hal ini sangat berhubungan dengan bahan makanan pokok masyarakat terutama beras.  Kebutuhan pangan beras di Indonesia selalu meningkat dari tahun ketahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.  Peningkatan kebutuhan beras tersebut tidak sebanding dengan kemampuan produksinya dilapangan sehingga berpotensi  sebagai penyebab kekurangan beras setiap tahunnya.  
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.  Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983-84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana.  Oleh penemunya, metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI.  Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.  Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentase SRI di Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar (Agustamar, 2007).
Diaplikasikannya metode baru dalam sistem produksi padi yang dikenal sebagai metode SRI (The System of Rice Intensification) dapat menghemat penggunaan air hingga 36-50% dibanding metode lama yang disebut sebagai cara konvensional. Metode SRI ini dapat menghasilkan padi 10-15 t/ha atau 3-4 kali lipat dari cara konvensional. Meskipun demikian, metode SRI adalah satu metode yang bekerja secara sinergi antara tanaman, tanah, unsur hara dan air (Agustamar 2007). 
Agustamar (2006), menguraikan empat pokok yang bersinergi tersebut berupa bibit semai lebih muda (12-15 hari), satu bibit per rumpun, jarak tanam lebar (30x30 cm hingga 50x50 cm), , dan adanya proses aerobik (pengeringan) pada fase vegetatif.
Metode SRI pertama kali disosialisasikan di Sumatera Barat oleh Musliar Kasim (Rektor Universitas Andalas) dalam orasi ilmiahnya di Kampus Limau Manis Padang.  Sejak itu penelitian-penelitian tentang ini terus dilakukan Universitas Andalas (Unand).  Dalam hal upaya pemasyarakatan metode SRI di tingkat petani, pihak Unand bekerja sama dengan Pemerintah Sumatera Barat khususnya Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura.  Metode SRI lebih dikenal dengan istilah “Padi Tanam Sabatang” karena budidaya SRI menggunakan bibit padi satu batang dan juga agar lebih mengena di telinga petani Sumatera Barat (Agustamar, 2007).
Selanjutnya sistem SRI di ujicobakan di daerah Kabupaten Limapuluh Kota. Hasilnya sangat memberi peningkatan terhadap produksi padi.  Walaupun demikian, petani masih enggan untuk melaksanakan budidaya padi dengan menggunakan metode SRI ini.  Hal ini terlihat di sawah sepanjang jalan Raya Tanjung Pati terutama sawah yang ada di Kenagarian Koto Tuo. Daerah ini merupakan salah satu areal persawahan yang cukup luas di Kecamatan Harau. Areal persawahan berada di sepanjang batang air dan juga merupakan persawahan tadah hujan. Sehingga beberapa petani telah mencobakan budidaya padi dengan metode SRI di areal tersebut.  Namun, sekarang ini kenyataannya petani kembali lagi ke metode konvensional dalam budidaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis pendapatan petani yang yang merupakan kunci keberlanjutan usahatani.
Menurut Inggit (2009), analisis usahatani adalah alat analisis yang dipakai untuk pengukuran keberhasilan usahatani atau bertujuan untuk melihat keragaan suatu kegiatan usahatani.  Alat analisis yang digunakan untuk melihat keragaan kegiatan usahatani adalah analisis pendapatan usahatani dan analisis rasio penerimaan atas biaya.
1.2.            Perumusan Masalah
Menurut Mubiar (2012), penerapan inovasi SRI (The System of Rice Intensification) mengutamakan potensi lokal yang disebut pertanian ramah lingkungan, akan sangat mendukung terhadap pemulihan kesuburan tanah dan kesehatan penggunaan produknya.  Pertanian organik pada prinsipnya menitikberatkan prinsip daur ulang hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomasa kedalam tanah, dan konservasi air mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras terbesar dengan total impor terus meningkat mencapai 1.428.505,676 ton pada tahun 2003.  Untuk meniadakan impor beras dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas  dengan penerapan budidaya padi yang tepat serta mengatasi masalah hama dan penyakit.  Dengan penerapan budidaya padi SRI pada beberapa kabupaten di Sumatera Barat produksi dapat mencapai rata-rata 7,8 ton/ha. Penerapan SRI di beberapa tempat di Jawa Barat menunjukkan capaian hasil sebesar 8,5 ton/ha. Sedangkan menurut Ditjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian produktivitas padi nasional 5,1 ton per hektar (Agustamar, 2008).
Dari survei awal di Kenagarian Koto Tuo diketahui bahwa petani masih sedikit menerapkan budidaya padi metode SRI.  Padahal dari literatur yang ada budidaya padi metode SRI menghasilkan produksi yang lebih tinggi.  Oleh karena itu, untuk mengetahui kenapa petani enggan melaksanakan budidaya padi metode SRI akan dibahas tentang aspek produksi dan pendapatannya.
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya.  Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi.  Ada dua tujuan utama dari analisa pendapatan yaitu: (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi padi metode SRI?
2.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI?
3.      Bagaimana analisis pendapatan petani padi metode SRI?
Untuk menjawab pertanyaan diatas maka penulis mengangkat judul:“Analisis Pendapatan  Petani Padi Metode Sri (System Of Rice Intensification)  Di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau”.
1.3.            Tujuan Penelitian
Secara umum sasaran penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan usahatani padi dengan menggunakan penerapan SRI dan Konvensional.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1.      Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi metode SRI.
2.      Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI.
3.      Menganalisis pendapatan petani padi metode SRI.
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1.            Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau ini telah ada yang menggunakan budidaya padi dengan metode SRI dan juga konvensional. Disamping itu, daerah Koto Tuo memiliki  areal sawah yang cukup luas.     Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober  2012.
2.2.            Cara Penentuan Sampel
Untuk penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan sampel secara sengaja ini dilakukan karena terbatasnya jumlah petani padi yang menerapkan sistem SRI.  Adapun kriteria dari sampel adalah petani yang melakukan petani padi SRI di Kenagarian Koto Tuo.
2.3.            Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.  Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan meliputi jumlah pendapatan petani, biaya yang digunakan, jumlah petani SRI dan luas lahan petani.  Sedangkan data sekunder berasal dari instansi yang terkait, literatur yang relevan dan internet.  Data yang dikumpulkan berupa jumlah produksi padi dari Badan Pusat Statistik dan profil Kenagarian Koto Tuo dari Kontor Wali Nagari.
2.4.            Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1.             Observasi
Pengambilan data dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung ke lokasi padi SRI serta objek-objek yang diteliti dengan berpedoman pada kuesioner.
2.             Wawancara Terstruktur/Kuesioner
Wawancara dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang telah  dibuat dalam kuesioner kepada petani padi SRI. Hasilnya merupakan data primer.
2.5.            Teknik Analisis
Teknik analisis untuk tujuan pertama yaitu untuk menganalisis faktor-faktor produksi padi SRI juga dengan menggunakan metode regresi berganda dengan: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4.
Dimana :
Y                     = Tingkat produksi
a                      = Kontstanta
b1 s/d b4           = Koefisien Regresi
X1                    = Bibit muda
X2                    = Jarak tanam
X3                    = Jumlah bibit
X4                    = Pengairan
            Untuk variabel independen dalam faktor yang mempengaruhitingkat produksi dilakukan dengan cara pemberian skor, seperti:
1.        Bibit muda, umur bibit yang digunakan petani dalam metode SRI dikategorikan sebagai berikut:
Umur bibit
·         <7>14
·         7-14
Skor
1
2
2.        Jarak tanam, untuk jarak tanam dikategorikan kedalam skor berikut:
Jarak tanam
  <30X30cm>50X50cm
  =30X30cm-50X50cm
Skor
1
2
3.        Jumlah bibit, jumlah bibit harus diperhatikan dalam metode SRI. Maksimal bibit yang digunakan adalah 3 batang bibit. Jadi bi beri skor berikut:
Jumlah bibit
  >3
  1-3
Skor
1
2
4.        Pengairan, pengairan ini merupakan faktot penting dalam metode SRI. Pengairan yang dimaksud adalah pengeringan pada fase vegetatif. Pengukuran dengan skor sebagai berikut:
·         Dalam fase vegetatif pengairan macak-macak (Intermitten)               = 2
·         Tanpa Intermitten                                                                                = 1
Untuk tujuan yang kedua yaitu menganalisis apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi metode SRI adalah dengan analisis regresi berganda. Saputra dan Dian Prima (2011) menyatakan bahwa unsur-unsur pokok yang mempengaruhi pendapatan petani padi yang penting untuk diperhatikan adalah modal, luas lahan garapan, dan jumlah tenaga kerja. Sehingga dapat dirumuskan dengan : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Dimana :
Y                     = Pendapatan
a                      = Kontstanta
b1 s/d b4           = Koefisien Regresi
X1                    = Modal (Rp)
X2                    = Luas lahan (Ha)
X3                    = Tenaga kerja (Rp)
X4                    = Produksi (Kg)
X5                          = Harga (Rp)
Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa pada analisis usahatani, maka data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui.  Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus tunai.  Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.  Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp)
Q = Produksi (Kg)
P = Harga jual produk per unit (Rp/Kg)
Rumus Biaya Tetap (Fixed Cost) juga dapat dipakai untuk menghitung Biaya Variabel (Variabel Cost).  Karena total biaya (Total Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), dapat digunakan rumus:
Pendapatan Usahatani:
Dimana,
Π = Pendapatan Usahatani (Rp)
TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp)
TC = Total Biaya Usahatani (Rp)
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukan efisiensi yang tinggi.  Oleh karena itu, analisa pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi.   Salah satu ukuran efisiensi adalah Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Apabila nilai R/C >1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut atau dengan kata lain usahatani untung.  Sedangkan nilai R/C<1 menunjukan bahwa tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau dengan kata lain usahatani rugi.  Jika R/C=1 berarti penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan atau dapat dikatakan usahatani impas (tidak untung atau tidak rugi).